Ilmuwan Ciptakan Teknologi Prediksi Demam Berdarah (Kesehatan)


Kuala Lumpur - Seorang ilmuwan berprestasi dari Malaysia membuat sistem yang sanggup memprediksi menyebarnya demam berdarah, sempurna tiga bulan sebelum kedatangannya.

Dilansir The Next Web, Sabtu (19/5/2018), sistem yang dibekali kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) ini sanggup meneliti ratusan parameter, mulai dari kecepatan angin dan arsitektur atap rumah setempat untuk memprediksi di mana musim demam berdarah akan terjadi.

Sistem berjulukan AIME (Artificial Intelligence in Medical Epidemiology) dirancang oleh Dhesi Raja dari Institut Penelitian Medis Malaysia. Ia membangun sistem ini bersama Rainier Mallol, yang menjabat sebagai Presiden AIME.

"Ada kebutuhan biar kita sanggup melaksanakan semacam prediksi secara real-time. Sebuah kebutuhan untuk masuk ke sebuah sistem untuk melihat jumlah kasus yang terlapor hari ini, di mana kasusnya, di mana wabahnya, di mana prediksi wabahnya akan datang," ucap Dhesi.

Lewat sistem ini, AIME sanggup melihat di mana wabah demam berdarah di suatu tempat akan "menular" ke tempat lain dalam radius 400 meter.
Para dokter di suatu kawasan sanggup pribadi mengirimkan notifikasi ketika terjadi demam berdarah, lalu sistem AIME melaksanakan pencarian dari 90 database dan 276 variabel yang menghipnotis penyebaran penyakit tersebut.

Dhesi menyebut kehadiran sistem ini dibutuhkan sanggup membantu manajemen pemerintah dalam memprediksi datangnya wabah penyakit.

Hasil Uji Coba yang Positif


Jangan Abai, Inilah Gejala Demam Berdarah pada Anak, Setelah sistem ini dilakukan uji coba di Manila, Selangor, Penang, dan Rio de Janeiro, ternyata AIME berhasil membuktikan hasil akurat.
Tercatat, tingkat akurasinya ada di angka 81 hingga 84 persen. Di Malaysia, pemerintahan Penang memutuskan menggelontorkan US$ 12o ribu (sekitar Rp 1,6 miliar) untuk menggunakan sistem ini.

Dhesi Raja sendiri merupakan seorang andal kesehatan publik. Ia pernah mendapat beasiswa dari Google hingga NASA. Sementara, AIME yang ia bantu dirikan terpilih sebagai lima proyek top di Silicon Valley.

Pria tersebut juga pernah diundang oleh pemerintah Brazil untuk memprediksi dan menangkal demam berdarah dan Zika ketika Olimpiade Rio.

Sementara, Rainier Mallol yaitu satu dari 17 orang yang terpilih menjadi United Nations Young Leader pada kegiatan Tujuan Pengembangan Berkelanjutan.

Kecerdasan Buatan yang Mengubah Dunia


Sistem AIME merupakan rujukan kasatmata dari optimalisasi teknologi AI. Para punggawa teknologi pun ramai-ramai mendukung perkembangan teknologi ini, salah satunya Apple.
Ketertarikan Apple ini kian ditegaskan dengan pernyataan sang Chief Operating Officer (COO), Jeff Williams. 

William dalam kegiatan perayaan ulang tahun ke-30 manufaktur chip asal Taiwan, TSMC, menyatakan pentingnya AI bagi dunia. Ia menilai AI dan komputasi perangkat sanggup mengubah dunia.
"Saya pikir kita berada di sebuah titik perubahan dengan komputasi pada perangkat, ditambah potensi AI, untuk benar-benar mengubah dunia," tutur William menyerupai dikutip dari Phone Arena.

William juga menyebut ponsel sebagai platform utama AI dan memperkirakan akan semakin banyak aplikasi mempunyai fitur AI di masa depan. Kesehatan yaitu salah satu sektor yang akan diuntungkan dengan perkembangan AI. Ia melihat AI mengubah cara layanan kesehatan diberikan.

Melihat perkembangan AI, laki-laki yang bergabung dengan Apple sejak 1998 ini yakin, industri sudah siap untuk sebuah perubahan besar.


"Saya pikir dengan kerangka kerja yang kami punya, 'neural engine' yang kami gunakan pada ponsel dan jam, kami melihatnya sebagai bab besar dari masa depan. Kami yakin kerangka kerja tersebut akan memperlihatkan jalan untuk para developer membuat banyak sekali aplikasi yang sanggup melaksanakan lebih banyak hal. Kaprikornus berdasarkan kami, ponsel adalah platform utama," terang William.

0 Response to "Ilmuwan Ciptakan Teknologi Prediksi Demam Berdarah (Kesehatan)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel